NU GROBOGAN-PMII- Pada awal 1980 Ketika masyarakat menyadari tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, serta perlunya dicari upaya terobosan untuk mengadakan perombakan sosial secara damai dan demokrartis. Hal tersebut memberikan tantangan baru bagi ormas di Indonesia.
Dari pengalaman lapangan masa lalu, PMII mendapat
pelajaran bahwa upaya meningkatkan taraf kesejahteraan kelompok layanan dapat
berhasil melalui pelaksanaan kegiatan pembangunan kecil-kecilan, tetapi
haruslah disadari bahwa dalam suatu sistem politik, ekonomi, sosial yang sudah mapan, “peningkatan”
tersebut sering kali kurang berarti atau bahkan sekedar bersifat sesaat. Kritik
di kalangan Organisasi sendiri mengandung pula peringatan agar organisasi jangan
sekedar mencari “Tumbal Kaderisasi”, dan mencegah timbulnya kaum “kapitalis
teri” yang memeras lapisan dibawahnya. Kritik ini mendorong banyak organisasi
untuk merumuskan kembali masalah-masalah yang dihadapi serta tujuan yang
dikejar. Dari sini muncul jenis organisasi yakni Organisasi Yang Berorientasi
Pada Perubahan. Struktural, yang tujuan jangka pendeknya ialah menciptakan perubahan
struktural dan kelembagaan di bidang ekonomi, IPTEK, politik dan sosial.
Sejumlah masalah menghangat pada saat itu, diantaranya kemiskinan struktural,
bantuan intelektual, monopoli, ketergantungan, sentralisasi, rejimentasi,
pengkotak-kotakan dan Pengurusnya.
Dalam masa yang hampir sama, timbul pula jenis
organisasi yang lain juga, satu jenis yang memperoleh bantuan senior dan jenis
kedua yang memperoleh dukungan stakeholder yang mengalami masa jaya dalam
kehidupan ekonomi organisasi. Mencermati keberadaan organisasi di Indonesia
dalam proses pertumbuhannya, dapat disimpulkan tahap-tahap perkembangannya.
Secara konvensional tahap perkembangan organisasi tersebut menurut pendapat David C. Korten terdiri dari empat generasi. Yaitu :
Secara konvensional tahap perkembangan organisasi tersebut menurut pendapat David C. Korten terdiri dari empat generasi. Yaitu :
Generasi I:
Mengutamakan
bantuan dan kesejahteraan yaitu dengan berusaha untuk segera memenuhi
kekurangan atau kebutuhan tertentu yang dialami individu atau keluarga, seperti
kebutuhan makanan, dan pendidikan. Bantuan ini diberikan untuk mengatasi
keadaan darurat dan umumnya bersifat sesaat dan sementara.
Generasi
II :
Memusatkan
kegiatannya pada perkembangan swadaya berskala kecil atau disebut juga
pembangunan kader yang antara lain meliputi pelayanan intelektual, penerapan
teknologi tepat guna dan pembangunan struktural. organisasi berperan sebagai
katalisator.
Generasi
III :
Terlibat
dalam sistem pemberdayaan yang berkelanjutan yang mempermasalahkan
dampak-dampak pemberdayaan dan cenderung melihat jauh keluar areanya ketingkat
regional, dan nasional. Pada tahap ini terdapat usaha mempengaruhi perumusan
kebijakan pemberdayaan.
Generasi
IV :
Bertindak
sebagai fasilitator gerakan kader yaitu membantu kader mengorganisir diri,
mengidentifikasi kebutuhan lokal, dan memobilisasi sumber daya yang ada serta
membantu mendapatkan sumber daya dari luar sebagai tambahan sumber daya lokal
yang tersedia. Pada tahap ini organisasi tidak hanya sekedar ingin mempengaruhi
rumusan kebijakan, tapi mengharapkan adanya perubahan dalam pelaksanaan. Dengan
program pemberdayaan kader, organisasi menekankan perjuangan agar kader
mendapatkan sistem pemberdayaan yang lebih terbuka.
Namun perlu ditegaskan bahwa perbedaan generasi diatas hanya untukmempermudah pendekatan dan pemahaman teoritis. Realitas yangsebenarnya menunjukkan bahwa tingkat perkembangan PMII tidaklahberjalan linier. Ada yang bergerak ditempat, tetap menjalankan strategi Generasi I tidak berubah-ubah, ada yang langsung Generasi II atau generasilainnya secara bertahap. Ada pula yang sekaligus menjakalankan strategi generasi.
Dari keseluruhan organisasi itu, dapat diambil benang merahnya, yaitu bahwa pemihakan organisasi adalah kepada semua anggota. Dari keempat generasi organisasi tersebut, sampai saat ini masih tumbuh seiring dengan dinamika masyarakat dalam arti seluruh generasi itu masih hidup berdampingan mengkonsolidasi kebenarannya.
Itu sedikit gambaran organisasi secara global, apakah gambaran tersebut mampu bisa di implementasikan dan di aplikasikan di PMII Grobogan? Tentu bisa dengan dukungan semua sahabat, anggota dan kader yang asli Grobogan maupun yang berproses di luar Grobogan. Strategi pemberdayaan di setiap daerah tentu berbeda, tergantung dari lokalitas yang ada dan kualitas serta kapasitas anggota, tidak berbeda jauh dengan pemberdayaan PMII Grobogan yang selama hampir 15 tahun perkembangan pemberdayaan PMII Grobogan bervariasi tergantung masing-masing kepemimpinan di setiap masa khidmat.
Grobogan,
23 Januari 2018
Ttd.



Posting Komentar